Rabu, 01 Maret 2017

IBU


Raut wajahmu semakin tua tetapi rasa cintamu tak  pernah menua
Badanmu seakan termakan usia tanpa menyurutkan semangat
Kasih sayangmu seluas samudra yang ujungnya tak terhingga
Alunan suaramu seakan mengikutiku hingga lelapku tiba

Disetiap garis kerut wajahmu…tersimpan berjuta deritamu
namun kau tetap tabah…menjalani harimu yang memang harus kau jalani…
Apa yang terlihat……
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berdoa
Tuk membayar semua letihmu
Kau selalu menyebut nama ALLAH
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu
Ini semua...untuk siapa?......
Hanya untuk anak anak Yatim
Yang engkau bimbing menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa

Ya Allah,
Kuatkan dia untuk perjuangannya,
Dan izinkan aku membuatnya tersenyum,
tersenyum di usianya yang semakin renta…
Read more »

Jumat, 24 Februari 2017

My Diary: Kembalilah Kepada Pangkuan Ibu Pertiwi

Read more »

Kembalilah Kepada Pangkuan Ibu Pertiwi

Beberapa bulan ini, masalah Penistaan Agama menjadi salah satu topik yang sangat hangat menjadi bahan "diskusi" semua orang. Mulai dari Rakyat sampai dengan penguasa serta golongan dan partai, Saya sendiri tidak tahu benar dan salahnya , dan apa yang sebenarnya menimpa bangsa ini yang dikenal dengan keramah tamahannya. Sampai sering kita lihat  bak pakar kemanusiaan, berkomentar menghiasi halaman media sosial kita. Dan saling menghujat.

Masyarakat Indonesia memang gemar berkomentar. Apa pun beritanya, apa pun isunya yang berembus, yang penting berkomentar, ini masalah kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, suka dan tidak suka, Sementara itu, masalah untuk mempelajari isi berita/isu minimal, sedikit saja soal permasalahan itu, menjadi sesuatu yang dibelakangkan.
Saya mencobamenyimpulkan adalah bahwa masyarakat kita sebetulnya memang sangat peduli pada berita berita dan isu-isu. Yang saya lihat hanya sampai pada tingkat mengomentari saja. Dan tak perduli berita dan isu itu benar atau tidak yang penting berkomentar menurut  logika, kepercayaan dan pilihan mereka, Mungkin, bagi sebagian orang lebih baik berkomentar daripada terlibat langsung kepokok permasalahnnya. Ketika pemerintah terlihat kurang tanggap, sebagian masyarakat dan golongan langsung menuduh pemerintah tidak peka, tidak peduli, tidak adil, dan segala hal lainnya dengan berdemo, mencaci maki, saling menyalahkan dan saling merasa benar sampai saling bermusuhan antar teman ada pula saling bermusuhan dalam keluarga, dan mereka saling menghujat lewat media sosial.

Sembari menulis ini, saya berusaha mencari cari apakah ada di groub WA, LINE, BBM dan konten-konten, yang bikin kita tentram ternyata tidak ada yang ada hanyalah perang komentar, Entah saya yang salah dalam pergaulan atau beritanya yang salah jujur saya sendiri tidak mengerti mana yang benar dan salah yang ada hanyalah saling menghujat, sampai saya sendiri malas untuk buka Face book, HP. Karena munurut saya tak pantas untuk dipublikasikan. Ingin rasanya saya berteriak balik kepada mereka yang berkomentar dan membagikan berita berita tidak jelas, penuh kebencian, bahwa apa yang mereka lakukan sama sekali tidak membantu untuk Negara kita ini malah memecah belah. Ribut-ribut di media sosial adalah hal paling kekanak-kanakan meurut pribadi saya, yang sepertinya kini menjadi salah satu tren . Orang-orang bangga ketika sudah menyuarakan komentarnya di media sosial. Orang-orang bangga ketika sudah ikut menyebarkan berita yang kadang keakuratannya pun dipertanyakan. Orang-orang bangga ketika sudah menyebarkan artikel-artikel terkait isu yang beredar walaupun hanya sekedar membaca judulnya saja.

Sekarang, inilah yang terjadi ketika sebagian orang orang dan golongan di negara ini sudah terlalu dikuasai kebencian. Parahnya lagi, selain penuh kebencian, element element  negara ini sudah dilanda kebodohan  dikarenakan saling ribut sendiri yang mana seharusnya menjadi pondasi Negara ini, Mereka gampang terbawa arus oleh suatu berita dan setelah menulis ini mungkin saya akan dibenci oleh orang orang  karena telah "menuduh" negeri ini bodoh.
Ayolah, mari sejenak kita tahan emosi. Mungkinkah pemerintah kita Naif dan sebodoh itu? Saya bukan orang yang propemerintah dan Golongan tertentu, tapi saya berusaha untuk seobjektif. Sejak awal Timbulnya berita Penistaan Agama saya sudah malas mengomentarinya. Saya pikir, saya cukup update dalam hal mengikuti perkembanganya, baik dari media cetak, siar, ataupun online. Coba kita pikirkan secara cerdas dan tanpa emosi Stop mengatakan di segala komentar yang saling menghujat karena itu dapat menjatuhkan harkat dan martabat Negara kita  sendiri

Mari kita mundur ke belakang sejenak Ingatlah satu taktik penjajah untuk memecah belah bangsa ini? Jawabannya mudah saja. Karena memang dari dulu, karakter maysarakat kita mudah diprovokasi. Karena itu, Belanda dulu menerapkan taktik politik "Devide et Impera" atau yang bisa disebut sebagai politik adu domba. Ternyata, dari dulu, kita memang "senang" dan mudah diadu domba. Kita mudah diprovokasi.
Kita harus  sadar bahwa dengan mudahnya kita diprovokasi maka otomatis kita akan lebih mudah terpecah-belah menjadi golongan-golongan yang lebih kecil? Jadi, jangan heran, apalagi menyalahkan pemerintah, lalu  bawa-bawa "bumbu" isu agama, kalau kenyataannya seperti ini yang terjadi. Pada akhirnya, yang menghancurkan dan memecah belah negeri ini adalah masyarakat kita sendiri, bukannya pemerintah.

Sekarang ini adakah yang masih bisa kita banggakan sebagai orang Indonesia? Adakah tersisa (sedikit saja) kebanggan sebagai anak Indonesia?

Mari kita mulai memilah-milih konten dan komentar yang akan kita sebarkan di media sosial. Saya mungkin bisa paham ada semacam "dorongan" tersendiri untuk berperan aktif dalam menyebarkan isu-isu penting, tapi sekali lagi, sebaiknya kita luangkan sedikit waktu untuk memahami isu itu terlebih dahulu. Sudah terlalu banyak kebencian di negeri ini. Janganlah kita tambah dengan kebodohan pula. Mau jadi apa negara yang kita  cintai nanti?

Kembalilah kepada pangkuan ibu pertiwi, karena disini kau mengerti bahwa siapapun, dimanapun, agama manapun, golongan manapun, suku manapun, partai manapun dan apapun kamu, kamu adalah orang Indonesia dengan segala kemajemukannya.

Penulis : Irvan

Read more »