Jumat, 24 Februari 2017
Kembalilah Kepada Pangkuan Ibu Pertiwi
Beberapa bulan ini,
masalah Penistaan Agama menjadi salah satu topik yang sangat hangat menjadi
bahan "diskusi" semua orang. Mulai dari Rakyat sampai dengan penguasa
serta golongan dan partai, Saya sendiri tidak tahu benar dan salahnya , dan apa
yang sebenarnya menimpa bangsa ini yang dikenal dengan keramah tamahannya. Sampai
sering kita lihat bak pakar kemanusiaan,
berkomentar menghiasi halaman media sosial kita. Dan saling menghujat.
Masyarakat Indonesia
memang gemar berkomentar. Apa pun beritanya, apa pun isunya yang berembus, yang
penting berkomentar, ini masalah kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat,
suka dan tidak suka, Sementara itu, masalah untuk mempelajari isi berita/isu minimal,
sedikit saja soal permasalahan itu, menjadi sesuatu yang dibelakangkan.
Saya mencobamenyimpulkan
adalah bahwa masyarakat kita sebetulnya memang sangat peduli pada berita berita
dan isu-isu. Yang saya lihat hanya sampai pada tingkat mengomentari saja. Dan tak
perduli berita dan isu itu benar atau tidak yang penting berkomentar
menurut logika, kepercayaan dan pilihan mereka,
Mungkin, bagi sebagian orang lebih baik berkomentar daripada terlibat langsung
kepokok permasalahnnya. Ketika pemerintah terlihat kurang tanggap, sebagian masyarakat
dan golongan langsung menuduh pemerintah tidak peka, tidak peduli, tidak adil,
dan segala hal lainnya dengan berdemo, mencaci maki, saling menyalahkan dan
saling merasa benar sampai saling bermusuhan antar teman ada pula saling
bermusuhan dalam keluarga, dan mereka saling menghujat lewat media sosial.
Sembari menulis ini,
saya berusaha mencari cari apakah ada di groub WA, LINE, BBM dan konten-konten,
yang bikin kita tentram ternyata tidak ada yang ada hanyalah perang komentar, Entah
saya yang salah dalam pergaulan atau beritanya yang salah jujur saya sendiri
tidak mengerti mana yang benar dan salah yang ada hanyalah saling menghujat,
sampai saya sendiri malas untuk buka Face book, HP. Karena munurut saya tak
pantas untuk dipublikasikan. Ingin rasanya saya
berteriak balik kepada mereka yang berkomentar dan membagikan berita berita tidak jelas, penuh
kebencian, bahwa apa yang mereka lakukan sama sekali tidak membantu untuk
Negara kita ini malah memecah belah. Ribut-ribut di media sosial adalah hal
paling kekanak-kanakan meurut pribadi saya, yang sepertinya kini menjadi salah
satu tren . Orang-orang bangga ketika sudah menyuarakan komentarnya di media
sosial. Orang-orang bangga ketika sudah ikut menyebarkan berita yang kadang
keakuratannya pun dipertanyakan. Orang-orang bangga ketika sudah menyebarkan
artikel-artikel terkait isu yang beredar walaupun hanya sekedar membaca
judulnya saja.
Sekarang,
inilah yang terjadi ketika sebagian orang orang dan golongan di negara ini
sudah terlalu dikuasai kebencian. Parahnya lagi, selain penuh kebencian, element
element negara ini sudah dilanda
kebodohan dikarenakan saling ribut sendiri
yang mana seharusnya menjadi pondasi Negara ini, Mereka gampang terbawa arus
oleh suatu berita dan setelah menulis ini mungkin saya akan dibenci oleh orang
orang karena telah "menuduh"
negeri ini bodoh.
Ayolah,
mari sejenak kita tahan emosi. Mungkinkah pemerintah kita Naif dan sebodoh itu?
Saya bukan orang yang propemerintah dan Golongan tertentu, tapi saya berusaha
untuk seobjektif. Sejak awal Timbulnya berita Penistaan Agama saya sudah malas
mengomentarinya. Saya pikir, saya cukup update dalam
hal mengikuti perkembanganya, baik dari media cetak, siar, ataupun online. Coba
kita pikirkan secara cerdas dan tanpa emosi Stop mengatakan di segala komentar
yang saling menghujat karena itu dapat menjatuhkan harkat dan martabat Negara kita
sendiri
Mari
kita mundur ke belakang sejenak Ingatlah satu taktik penjajah untuk memecah
belah bangsa ini? Jawabannya mudah saja. Karena memang dari dulu, karakter
maysarakat kita mudah diprovokasi. Karena itu, Belanda dulu menerapkan taktik
politik "Devide et Impera" atau yang bisa disebut sebagai politik adu
domba. Ternyata, dari dulu, kita memang "senang" dan mudah diadu domba.
Kita mudah diprovokasi.
Kita harus
sadar bahwa dengan mudahnya kita
diprovokasi maka otomatis kita akan lebih mudah terpecah-belah menjadi
golongan-golongan yang lebih kecil? Jadi, jangan heran, apalagi menyalahkan
pemerintah, lalu bawa-bawa "bumbu"
isu agama, kalau kenyataannya seperti ini yang terjadi. Pada akhirnya, yang
menghancurkan dan memecah belah negeri ini adalah masyarakat kita sendiri,
bukannya pemerintah.
Sekarang
ini adakah yang masih bisa kita banggakan sebagai orang Indonesia? Adakah
tersisa (sedikit saja) kebanggan sebagai anak Indonesia?
Mari
kita mulai memilah-milih konten dan komentar yang akan kita sebarkan di media
sosial. Saya mungkin bisa paham ada semacam "dorongan" tersendiri
untuk berperan aktif dalam menyebarkan isu-isu penting, tapi sekali lagi,
sebaiknya kita luangkan sedikit waktu untuk memahami isu itu terlebih dahulu. Sudah
terlalu banyak kebencian di negeri ini. Janganlah kita tambah dengan kebodohan
pula. Mau jadi apa negara yang kita cintai nanti?
Kembalilah kepada pangkuan ibu pertiwi, karena
disini kau mengerti bahwa siapapun, dimanapun, agama manapun, golongan manapun,
suku manapun, partai manapun dan apapun kamu, kamu adalah orang Indonesia
dengan segala kemajemukannya.
Penulis : Irvan
Langganan:
Postingan (Atom)